Login

4 Profesi di Sektor Pertanian yang Dibutuhkan Saat Pandemi

Dipublikasikan pada 20 April 2020 10:04:30

Berita & Artikel

Wabah Covid-19 di Indonesia berlangsung hampir 2 bulan ini dan telah menyebar ke banyak wilayah. Ribuan tenaga medis turun tangan untuk merawat pasien-pasien yang memiliki gejala Covid-19 maupun pasien-pasien yang telah dinyatakan positif terinfeksi. Himbauan-himbauan seperti rajin mencuci tangan, mengurangi aktivitas di luar rumah, dan meningkatkan kekebalan tubuh, gencar disampaikan untuk memperlambat penyebaran wabah ini.

Konsekuensinya, tidak sedikit masyarakat yang terpaksa kehilangan mata pencaharian, karena gaya hidup masyarakat menjadi lebih pasif, khususnya di wilayah perkotaan. Di sisi lain, perubahan gaya hidup masyarakat ini membuka pasar lebih besar untuk beberapa pekerjaan, di antaranya:

  1. Petani
    Pangan sehat dan bermutu adalah salah satu modal untuk menangkal Covid 19. Oleh karenanya kecukupan pangan harus dijaga, terutama yang merupakan produk dalam negeri. Kementerian Pertanian menggenjot perluasan lahan untuk beberapa komoditas, di antaranya bawang putih dan tanaman obat.

    Perluasan lahan pertanian tentunya akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan sumber daya manusia. Dilansir dari Kontan, Kementerian Pertanian menargetkan dapat menyerap 38,24 juta tenaga kerja baru di sektor pertanian. Secaraa rinci, target tersebut terbagi atas 19,12 juta orang di sektor tanaman pangan, 3,44 juta orang di sektor hortikultura, 11,09 juta orang di peternakan, dan 4,59 juta orang di perkebunan.

    Selain itu, tahun ini Kementerian Pertanian juga mendorong kegiatan padat karya, khususnya di sektor perkebunan. Beberapa kegiatan padat karya antara lain pengendalian OPT, pembukaan lahan tanpa bakar, peremajaan, dan rehabilitasi lahan.

    Namun demikian, kegiatan padat karya tidak terbatas pada kegiatan di lahan. Pembangunana jalan usaha tani (JUT), rehabilitasi jaringan irigasi dan pembangunan embung adalah tiga contoh pembangunan padat karya untuk mendukung sektor pertanian. Tahun ini, Kementerian Pertanian berencana membangun JUT secara padat karya untuk lokasi lahan pertanian seluas 14.400 hektare (ha) di 10 provinsi, 30 kabupaten.

  2. Jasa pertanian
    Meningkatnya produksi pertanian lambat laun akan meningkatkan kebutuhan akan alat dan mesin yang bisa meningkatkan efisiensi biaya dan waktu. Namun tidak semua petani atau kelompok tani mampu memiliki alat dan mesin pertanian tersebut. Kebutuhan akan penyedia jasa pertanian, seperti jasa perontokan, jasa pemanenan,  jasa pengeringan, dan sebagainya,  nampaknya juga akan meningkat.

  3. Pedagang sayur keliling
    Himbauan untuk mengurangi kegiatan di luar rumah dan tidak berkerumun membuat sebagian masyarakat enggan mengantre di swalayan. Di sisi lain, mereka masih harus mencukupi kebutuhan pangan harian, seperti sayur mayur dan lauk pauk. Masyarakat akhirnya mulai beralih ke pembelian secara daring (online) dan pedagang sayur keliling. Keunggulan pedagang sayur keliling dibandingkan pembelian secara daring di antaranya pembeli bisa melihat langsung kualitas barangnya dan penjualnya biasanya sudah mengenal wilayahnya sehingga bisa menjangkau desa-desa yang sulit dijangkau.

  4. Produsen jamu tradisional
    Konsumsi empon-empon dipercaya dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Namun tidak semua masyarakat terbiasa membuat minuman herbal, sehingga sebagian orang lantas memilih membeli racikan siap seduh atau siap minum.

    Pembatasan-pembatasan yang ada saat ini hendaknya tidak menyurutkan semangat kita. Justru dalam keterbatasan, kreativitas akan tumbuh. Menurutmu, pekerjaan apa lagi di sektor pertanian yang akan banyak dibutuhkan di bulan-bulan mendatang?(vno)